Jumat, 16 Maret 2012

WA vs GA

Meskipun saya saat ini memasuki semester ke 4, semenjak saya belajar di Kampus, tapi masalah partikel, masih mengalami kesulitan. Bahkan sebagai dosen masalah tersebut juga bukan hal yang dianggap enteng. Karena itu, dalam artikel ini saya ingin mengangkat permasalahan tentang partikel, khususnya partikel wa dan ga.
Dalam memahami partikel, menurut saya akan lebih mudah jika membandingkannya dengan partikel yang hampir mirip penggunaannya. Sehingga diharapkan tidak mengalami kesalahan, sehingga tidak terjadi makna yang keliru dari konteks yang dimaksudkan (meskipun dalam bahasa percakapan, hal itu tidak menjadi masalah). Tetapi dalam bahasa tertulis, akan terjadi  perbedaan konteks, meskipun punya makna yang sama. Saya akan memberikan contoh sebagai berikut:

1. 私山田です。
"Saya adalah Yamada."

2. 私山田です。
" Saya adalah Yamada."

Dari dua kalimat diatas, mempunyai persamaan makna, yaitu "Saya adalah Yamada". Tapi pada saat partikel yang digunakan berbeda (kalimat pertama menggunakan wa dan kalimat kedua menggunakan ga) maka kedua kalimat tersebut mempunyai konteks yang berbeda.
Kalimat pertama, menjelaskan bahwa SAYA ADALAH YAMADA. Pola kalimat seperti ini biasa kita lihat pada saat perkenalan, atau menjelaskan bahwa "Nama saya Yamada". Tapi pada kalimat yang kedua mempunyai konteks yang berbeda. Untuk lebih mudah, perhatikan ilustrasi berikut. "Pada saat di dalam kelas, sensei bertanya kepada mahasiswanya, 山田さんがだれですか?"Maka mahasiswa yang merasa bernama  YAMADA akan mengatakan 私が山田です"Saya lah yang bernama YAMADA". Berbeda bukan?
Dalam buku "The Prepatory Course for The Japanese Language Proficiency Test" Setsuk Matsumoto, menjelaskan bahwa;

「は」
*大切なことは「は」の後ろにある。

「が」
*大切なことは「が」の前にある。

Maka pada kalimat pertama, hal yang dianggap penting adalah "NAMA" dari "WATASHI" yakni YAMADA. Sedangkan pada kalimat kedua, hal yang dianggap penting adalah WATASHI. Karena Informasi penting yang ingin disampaikan pada kalimat itu adalah "YANG BERNAMA YAMADA" adalah  "SAYA".
Mungkin dari penjelasan diatas, kita bisa sedikit membedakan konteks yang terjadi dalam pemakaian partikel wa dan ga , meskipun mempunyai makna yang sama.

Kemudian coba kita bandingkan dua kalimat dibawah ini,

3. 本ありません。

4. 本ありません。

Dua kalimat diatas mempunyai makna yang sama, yakni "TIDAK ADA BUKU". Namun karena partikel yang digunakan berbeda, konteks yang terkandung pada kalimat diatas juga lain. Pada kalimat pertama, mempunyai pola tentang "keberaadaan" suatu benda (hon). Jadi secara umum hanya menjelaskan "ada/ tidaknya" buku tersebut. Sehingga pada kalimat nomor 3 mempunyai konteks secara umum yang menjelaskan bahwa "TIDAK ADA BUKU". Sedangkan ketika partikel yang digunakan diganti dengan wa, konteks jadi sedikit berubah, yakni menjelaskan bahwa "TIDAK ADA BUKU", tapi ada barang yang lain (kalimat nomor 4). Hal ini sama seperi saat mengatakan "SAKANA WA TABEMASEN" yang mempunyai makna " (saya) tidak makan ikan", yang lain(selain ikan) saya makan. Namun ada catatan, bahwa seseorang yang mengatakan hal tersebut (saya), sedang berbicara tentang makan atau tidak makannya sesuatu. Beda lagi jika pada saat mengatakan itu, seseorang tersebut sedang melihat ikan di akuarium. Bisa jadi memang "IKAN ITU TIDAK MAKAN". Jadi, tetap kembali pada konteksnya.
Mungkin dengan beberapa kalimat diatas, kita lebih jeli cara membedakan fungsi dari masing-masing partikel (wa dan ga), sehingga kita paham konteks yang terbentuk dari partikel itu.


*source : "A DICTIONARY OF JAPANESE PARTICLES" Sue A. Kawashima.
"THE PREPATORY COURSE FOR THE JAPANESE LANGUAGE PROFICIENCY TEST" Setsuko Matsumoto.

1 komentar: