Mata kuliah hari pertama saat saya
belajar di kampus adalah pembekalan untuk menghafalkan huruf-huruf
KANA (HIRAGANA DAN KATAKANA).
Dalam belajar bahasa, tidak hanya
bahasa Jepang bahkan semua bahasa, unsur terkecil adalah "huruf".
Karena huruf Jepang memang masih awam, maka dalam seminggu digunakan
untuk menghafal huruf dan latihan menulis.
Dalam artikel ini saya tidak akan
menuliskan tentang bagaimana belajar menulis huruf katakana maupun
hiragana, tapi tentang bagaimana saya belajar menghafal huruf-huruf
tersebut.
Meskipun saya sebelumnya sudah pernah
belajar bahasa Jepang di satu Lembaga Pendidikan Bahasa Jepang, tapi
saya masih mempunyai banyak pertanyaan tentang huruf Jepang.
Uniknya, huruf Jepang hampir semua
terdiri dari konsonan dan vokal, kecuali untuk huruf vokal itu
sendiri a(あ),i(い),u(う),e(え),o(お)
dan huruf n(ん).
Saya jadi teringat, dulu pernah
mempelajari huruf yang hampir sama pola ucapannya (terdiri dari
konsonan dan vokal) yaitu huruf jawa (aksara jawa). Huruf jawa juga
terdiri dari konsonan dan vokal. Contoh urutan hurufnya :
HA,NA,CA,RA,KA,DA,TA,SA,WA,LA,MA,GA,BA,THA,NGA,dst. Meskipun tertulis
A, tapi pelafalan jawa nya O. Dan huruf jawa juga berasal dari huruf
asing (Pallawa).
Karena mempunyai huruf sendiri ternyata
bahasa Jepang mempunyai kelemahan. Salah satunya adalah huruf Jepang
tidak ada huruf L, X, Q. Dan yang paling lucu adalah saat mengucapkan
huruf L (karena memang terdengar lucu saat pertama kali mendengar
orang Jepang berusaha melafalkan huruf L). Ternyata orang Jepang
tidak bisa melafalkan huruf L. Sekalipun bisa, terdengar tidak jelas.
Malahan terdengar sangat lucu.Selain itu, karena semua huruf terdiri
dari konsonan vokal, maka untuk kata-kata yang terdiri dari KKV, atau
KVK, maka akan tetap terucap KVKV. Contoh: CLARA akan terlafal KURARA (クララ)(karena dalam bahasa Inggris C di baca K maka terlafal KU [untuk
lafal KKV konsonan pertama akan menggunakan huruf pada deret U karena
huruf U terkadang dibaca samar atau dihilangkan] dan LA terbaca RA
karena dalam huruf Jepang tidak ada huruf LA). Sama halnya untuk kata
GAS maka akan terlafal GASU(ガス) (vokal U akan hilang/samar-samar).
Untuk aturan baca lainnya bisa dibaca
di buku-buku basic bahasa Jepang. Namun ada satu yang pernah saya
tanyakan pada Sensei di tempat dulu saya kursus bahasa Jepang pertama
kali. Yaitu tentang huruf ぢ (JI) danづ(ZU),
kenapa pada kolom huruf hiragana di beri tanda "bintang"
dan penggunaannya jarang sekali. Saat saya tanyakan itu saya
mendapatkan jawaban yang kurang puas, bahkan saat saya tanyakan di
dalam kelas, dosen saya memberikan jawaban yang kurang memuaskan
juga.
Akhirnya saya temukan juga jawabannya saat saya mendapati kata 縮む、dan 続く。Kedua kata itu dibaca ちぢむ danつづく. Dari sini bisa dilihat ternyata jika huruf CHI diikuti huruf JI maka huruf JI yang digunakan adalah ぢ(ji) bukannya じ。Begitu pula jika huruf TSU diikuti huruf ZU maka ZU yg digunakan adalahづbukanず。Tapi ini berlaku untuk bacaan KUNYOMI. Untuk bacaan ONYOMI harus sesuai dengan aturan bacaan Kanji.
Akhirnya saya temukan juga jawabannya saat saya mendapati kata 縮む、dan 続く。Kedua kata itu dibaca ちぢむ danつづく. Dari sini bisa dilihat ternyata jika huruf CHI diikuti huruf JI maka huruf JI yang digunakan adalah ぢ(ji) bukannya じ。Begitu pula jika huruf TSU diikuti huruf ZU maka ZU yg digunakan adalahづbukanず。Tapi ini berlaku untuk bacaan KUNYOMI. Untuk bacaan ONYOMI harus sesuai dengan aturan bacaan Kanji.
Kemudian ada hal yang pernah saya
tanyakan dan saya tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. "Kenapa
huruf KI dan SA ada dua versi penulisan?" Kalau dalam ketikan
komputer akan terlihat き dan jika ditulis tangan, ekor nya tidak tersambung dan memang kami
disuruh membiasakan ekornya tidak tersambung.
Saya temukan jawabannya pada saat saya memperhatikan tulisan kanji dengan font yang mirip tulisan Kuas. Jika diperhatikan, ternyata ekor itu terlihat samar-samar seolah-olah tersambung. Dan itu disebabkan oleh sisa ujung kuas yang masih menempel sehingga terlihat garis tipis yang menyambung dengan coretan berikutnya. Hal itu juga terjadi pada huruf SA. Namun tidak berlaku untuk huruf CHI karena ekor pada huruf tersebut menjadi satu coretan.
Saya temukan jawabannya pada saat saya memperhatikan tulisan kanji dengan font yang mirip tulisan Kuas. Jika diperhatikan, ternyata ekor itu terlihat samar-samar seolah-olah tersambung. Dan itu disebabkan oleh sisa ujung kuas yang masih menempel sehingga terlihat garis tipis yang menyambung dengan coretan berikutnya. Hal itu juga terjadi pada huruf SA. Namun tidak berlaku untuk huruf CHI karena ekor pada huruf tersebut menjadi satu coretan.
Kasus yang sama juga terjadi pada huruf
FU,YA,RI,MU,RA,NA,MO, yang sebenarnya 2 coretan seolah-olah 1 coretan
pada font ketikan komputer. Mungkin ini bukan masalah yang serius,
tapi bagi pemula seperti saya dulu, akan merasa kebingungan.
Selanjutnya tentang KATAKANA.
Sejujurnya sampai saat ini pun saya belum bisa menggunakan katakana
dengan benar. Tapi dulu sempat bingung bedanya huruf SHI (シ) dan TSU (ツ), SO(ソ)
dan N (ン). Padahal kalau dicermati dari cara penulisan dan coretannya
maka akan terlihat jelas bedanya.
Kalau シ(shi)
urutan penulisannya adalah dua ten di tulis yang atas dulu kemudian
yang bawah, selanjutnya coretan panjangnya ditulis dengan teknik
guratan dari bawah ke atas. Maka jika diperhatikan maka guratan
runcing akan berada diatas. Beda dengan ツ(tsu),
urutan coretannya adalah dua ten ditulis yang kiri dulu kemudian yang
kanan. Setelah itu buat guratan yang panjang dari atas kebawah. Maka
akan terlihat guratan runcing ada dibawah. Begitu pula ン(n)
gutaran panjang coretannya dari bawah ke atas. Sedangkan ソ(so)
guratan panjang dicoret dari atas kebawah.
Mungkin masih banyak lagi. Tapi itu
tadi yang saya alami saat pertama kali menghafal huruf KANA.
Semoga bisa bermanfaat.
Semoga bisa bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar